Putaran Tasbih - Sumber |
Putaran Tasbih
Malam yang runcing
Seruncing kalimat pertama
Dalam putaran tasbih
Ini, puisi yang lahir
Dari bukit-bukit airmata
Periksalah langit
Sekali lagi, maka akan
Kau temukan namamu
Lihatlah sebelum kabut
Dari utara, menutupnya
Dengan hati-hati
Biarlah, sepasang bayang itu
Menyelinap di antara bambu-bambu
Dan kalimat terakhir dalam tasbihku
Dicium angin, disentil dingin
Di luar jendela
Ranting-ranting berjatuhan
Seperti kesedihan yang usai
Sepanjang malam bersama
Putaran tasbih, aku datangi
Namamu satu-satu
2016.
Keikhlasan Tak Berwaktu
Hujan
selalu menemukan tanah
Tempatnya
terjatuh dari atas
Dan
ia ikhlas menjadi bagian dari tanah
Tanpa
harus menjadi air kembali
Batu
selalu diam di tempat yang sama
Dan
ia ikhlas tak pergi kemana-mana
Ditumbuhi
lumut-lumut dan disepuh matahari
Bertahun-tahun
Dan
aku selalu menunggumu dibalik sajak ini
Belajar
menjadi hujan, jatuh sejatuh-jatuhnya
Menghisap
lukaku sendiri dan belajar menjadi batu
Iktikaf
dalam keiklasan tak berwaktu
2015.
Rendy Jean Satria,
lahir di Cimanggis, Depok 4 Januari 1989. Masa remajanya dihabiskan di Pondok Pesantren
Al-Qur'an Al-Falah 2 Nagreg dan belajar ilmu seni di STSI Bandung. Buku puisi
tunggalnya berjudul "Dari Kota Lama"
(2013) terbit di Bandung. Tahun 2012, diundang dalam program Majelis Sastra
Asia Tenggara (Mastera) bidang puisi, mewakili delegasi Indonesia. Tahun 2013
diundang dalam pertemuan penyair terkini Jawa Barat, di Bandung. Puisi-puisinya
banyak dimuat di surat kabar Indopos,
Jurnal Sajak, dan Pikiran Rakyat. Tahun 2016 ini sedang
mempersiapkan kumpulan puisi terbaru, Sajak-sajak
yang Bahagia (2016).
wah, wah Puisi barunya penyair kang Rendy ya, ini.
BalasHapusLike this.Young Poets...coollll :) :)
puisinya kena banget yang 'keikhalsan tak berwaktu' :)
BalasHapus