Sumber gambar saywithwords |
Dulu
Benci Sekarang Suka
Karya Hastira Soekardi
Kusibakkan tirai jendela hotel.
Pemandangan pantai Kuta tampak indah di pagi hari. Terdengar suara erangan
kecil dari arah belakang. Aku memandangnya, tersenyum. Wajah polosnya tampak
tenang. Sudah hampir dua puluh lima tahun aku mengarungi biduk rumah tangga
bersamanya. Suka dan sedih kulalui bersamanya. Bersama cinta yang semakin
tumbuh. Di sini, di Bali, aku berbulan madu bersama suamiku. Sambil mengingat
perjalanan cintaku bersamanya. Cinta sejati. Dulu sekali aku membencinya. Membenci pria yang kini menjadi suamiku.
“Apa, aku gak salah dengar, Mam!” teriakku keras. Mama menggelengkan kepalanya. “Ini bukannya zaman Siti Nurbaya, Mam. Aku memang belum punya pacar, tapi apa perlu aku dijodohkan dengan anak kenalan Mama? Pokoknya aku gak mau!” teriakku lagi.
Mama hanya tersenyum. Aku
memandangnya curiga, aku tahu betul Mama punya pendirian yang teguh. Tak
mungkin Mama mengalah padaku. Betul saja, aku diajak Mama ikut acara makan
malam dengan kenalan beliau. Aku dikenalkan pada teman mama
juga anak lelakinya.
“Kenalin nih Mira, ini Tomy anak
tante Sita,” tukas Mama.
Aku memberi salam dan mendongak pada pria jangkung di
depanku. Aku kaget. Aku kenal pria ini bertahun-tahun yang lalu. Teman SMP-ku. Aku
menarik tanganku dari genggamannya.
“Selamat sore, si Kucir Merah,” seringainya.
Aku melotot ke arahnya. Dia mengingatkanku lagi pada perasaan membencinya. Ya, dulu waktu SMP aku membenci pria di
depanku ini. Dia selalu mengejekku dengan si kucir merah. Hampir setiap
kali kami bertemu dia selalu mengejekku dengan sebutan itu. Aku kembali duduk dan
sepanjang acara makan malam itu aku hanya diam dan sekali-kali melotot ke arah
Tomy yang sering mengedipkan matanya padaku. Huh, sudah dewasa juga masih
menyebalkan!!!
Malam Minggu biasanya kuhabiskan di rumah
dengan membaca novel, tapi tidak malam ini. Aku dikejutkan dengan ketukan halus
di pintu rumah. Saat kubuka, seringai Tomy muncul di hadapanku. Segera aku
tutup pintu, tapi Tomy jauh lebih cepat menahan pintunya. Aku melotot padanya,
tapi Tomy dengan gaya khasnya menatapku lembut.
“Ganti bajumu, ada film bagus di Blitz. Cepet!” katanya seenaknya.
“Siapa itu Mira?” tanya Mama dari
dalam kamar.
Aku tak mau ribut dengan Mama sehingga aku mengiyakan saja ajakan
Tommy. Sepanjang perjalanan aku memilih diam. Tomy lebih banyak
bercerita tentang pekerjaannya. Aku akhirnya bercerita juga walau harus berkali-kali dipancingnya. Kadang ada tatapan
lembut darinya yang membuat hatiku sedikit berdesir. Aku tak tahu apa itu namanya,
tapi perasaanku mulai menghangat ketika bersamanya.
Entah mengapa perasaan menghangat di
tubuhku semakin menguat di pertemuan-pertemuan berikutnya. Dia berbeda dengan Tomy
yang dulu. Aku tahu manusia akan berubah seiring dengan kedewasaannya. Aku
kini mulai menyukainya. Ini kali pertama aku jatuh cinta padanya. Cinta pertama
untuk pria menyebalkan beberapa tahun yang lalu. Aku meikmati debaran jantungku
saat bersama Tomy. Perhatian dan kelakarnya membuatku nyaman bersamanya. Aku
memandangnya. Tomy menyeringai seperti
biasanya. Ah, dia pria yang menyebalkan tapi sungguh aku jatuh cinta padanya!
Kini aku melihatnya berbaring di
tempat tidur kami. Matanya terpejam. Ah, Tomy... kau masih selalu menyayangiku . Tetap menjadi bagian dari jiwaku. Aku
mencintainy . Cinta pertama yang berakhir bahagia. Indah, kan, kisah cinta
pertamaku?
*Tulisan telah diedit seperlunya
*sumber tulisan http://fiksitira.blogspot.co.id/2015/10/dulu-benci-sekarang-suka.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar