Rabu, 09 September 2015

[Karya Twinners] Cinta Selembar Tisu

Credit
Cinta Selembar Tisu
Karya Hastira Soekardi


    Mau tahu? Aku hanya tisu yang ada di kamar seorang model terkenal di kota Jakarta. Entah mengapa aku mulai mengagumi model yang semakin kondang di jagad kota Jakarta. Namanya Dian. Saat  Dian membersihkan make up atau membersihkan wajahnya, aku selalu bersentuhan dengan kulitnya. Alangkah lembut kulitnya. Mulus. Tak ada bopeng sedikit pun. Aku sudah menjelajahi wajahnya. Mungkin para pria akan iri padaku yang hampir setiap hari mengelus wajahnya yang putih berseri. Kadang ada perasaan berdesir saat kulit halusnya menempel di tubuhku. Ada perasaan hangat di sekujur tubuhku. Mungkin banyak yang bilang aku bohong. Boleh tak percaya kok.  Rasanya ingin aku berubah menjadi pria yang bisa memeluknya setiap hari. Bercanda dengannya. Bercerita tentang banyak hal, dan mengelus wajahnya. Aku jatuh cinta padanya. Ah, harapan yang konyol!



    Pagi itu aku kembali menikmati lembut kulitnya. Perasaan yang menjalar begitu hangat. Tampak pori-pori kulitnya yang aku sapu sehingga bersih. Tapi aku melihat hal yang berbeda dari wajahnya. Tak ada sinar yang tampak dari manik matanya. Ah, ada kantung hitam di bawah matanya. Apa gerangan yang terjadi denganmu, Sayang? Ingin sekali aku hibur dirinya. Sedang bersedihkah? Atau ada yang dia pikirkan?  Tiba-tiba kau menarik aku dari kotak tisu hampir berlembar-lembar. Dan aku terkejut melihat air matanya yang mengalir deras. Aku harus menghapus air matanya yang terus turun. Tubuhku mulai kaku tapi kau tetap mengusapkan aku di matamu yang indah. Aku ikut merasakan kesedihan yang kau alami.... Ah, aku kesakitan saat tubuhku tergesek oleh hidungmu yang mancung, tapi tak mengapa semua ini demi kamu.



***

    Aku berada di tas Dian yang sedang duduk di sebuah kafe. Dian membuka tasnya dan aku bisa melihat suasana di kafe yang tak begitu ramai. Hanya beberapa pengunjung saja. Dian memakai kacamata hitam untuk menutupi matanya yang  sembap. Duh, sakitnya tubuhku saat tangan Dian mengambilku dan meremas dengan keras. Selama ini dia tak pernah kasar padaku. Kini tubuhku sakit. Dia meremas sekali lagi tubuhku.

“Sakit, Mbak,” keluhku. Dian tetap memandang ke arah pintu. Dari arah pintu masuk pria tampan mendekati Dian. Pria itu duduk di hadapannya. Aku cemburu. Pria itu membuatku sangat cemburu.

    “Aku minta putus,” tukas Dian dengan suara bergetar.

 Aku kembali kesakitan. Tubuhku diremas begitu kuat. Tapi tak apalah aku ingin memberikan kekuatan baginya. Pria itu menggelengkan kepala tanda tak setuju.

    “Kamu sudah mengkhianatiku. Kamu sudah pindah ke lain hati. Lebih baik kita sudahi saja," ucapmu lagi.

Kembali air matanya menetes pelan. Aku menghapusnya perlahan. Aku ikut merasakan rasa sakit hatimu. Betapa hatimu telah disakiti pria yang duduk di depanmu. Ingin sekali aku tonjok wajahnya. Dan kau membersihkan hidungmu yang mulai basah. Aku rela kok membersihkannya. Kau mengambil aku lagi dari tas. Masih dengan suara bergetar, kamu meyakinkannya untuk pergi. Pria itu diam tak mau beranjak.

    “Kataku pergilah. Jangan pernah menemuiku lagi.”

Aku melihatmu sudah pada batas yang tak bisa membendung lagi kesedihan. Tubuhmu bergetar, tangismu seperti nyanyian sendu. Hatiku ikut teriris mendengarnya. Pria itu berbalik dan menjauh darimu.

Aku hanya ingin mendampingimu selalu. Jangan pergi, Dian. Tetaplah bersamaku. Aku akan tetap setia mendampingimu. Selalu. Apa pun yang kau mau dariku, aku akan selalu melayanimu. Aku tersenyum.  Aku akan selalu bersamamu. Selalu membelai wajahmu, menghapus tangismu dan aku tak akan peran pergi darimu sedetik pun....


*Karya ini telah diedit seperlunya.
*Sumber tulisan dari sini.
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar